1. Memperhitungkan detail.
Perhatikan hal2 yang penting bagi
pelanggan. Agen property harus tahu tentang alas an penjual menjual rumahnya.
Waktu terjual yang diinginkan. Harga jual minimal. Waktu pengosongan yang diminta.
Tempat tinggal setelah terjual. Untuk pembali perlu diketahui, lokasi yang
disukai, luas bangunan dan jumlah kamar yang dibutuhkan. Arah hadap bangunan,
dan budget. Lebar kavling, lebar jalan, bentuk kavling. Style bangunan, tata
ruang, ukuran kamar dan lainnya. Bila kita sudah memahami hal penting diatas,
perhatikan hal kecil terkait dengan hal diatas.
2. Komitmen untuk pelanggan.
Kalau kita dating ke dokter tentu berharap sembuh. Seorang
penjual bekerjasama dengan agen property pasti berharap rumahnya terjual.
Komitman adalah janji. Janji servis yang diberikan juga komitman. Sebaliknya
kita minta komitmen dari penjual. Agen property dapat bekerja secara
professional bila penjual memberika perjanjian pemasaran secara eksklusif.
Seperti penjual, bagi pembeli agen property juga
memberikan jasa dan servis. Konsultasi tentang market dan peraturan jual-beli.
Peninjauan dan pengenalan lokasi. Prosedur transaksi yang aman. Pembeli juga
diminta memberikan komitmen pada agennya.
Penjual ingin rumahnya cepat
terjual dengan harga terbaik. Agen property juga ingin rumah yang dipasarkan
cepat laku. Penjual perlu tahu adanya persaingan dengan rumah lain yang dijual.
Untuk kepentingan penjual agen property akan menyampaikan informasi yang
terbaru dan transparan tentang harga yang terjadi dalam pasar.
4. Konsisten dengan standart
kerja.
Pelanggan yang baik dan
berkomitmen membayar standard komisi. Tapi ada prospek yang minta komisi lebih
rendah. Agen properti harus menolak permintaan tersebut. Tidak melayani prospek
yang tidak memberi perjanjian tertulis adalah bentuk konsistensi, sehingga
tidak merugikan pelanggan yang baik.
5. Keberanian menolak dan
ditolak.
Agen properti harus berani minta
komitmen dari penjual maupun pembeli. Tanpa komitmen tertulis kita bekerja
secara tradisional. Penolakan prospek adalah tantangan bagi kita untuk
menunjukkan keuntungan perjanjian dengan agen properti. Kerjasama tanpa
komitmen harus ditolak. Keberanian menolak menunjukan agen bekerja secara profesional.
6. Memiliki kualitas servis yang
terbaik.
Customer membayar agen untuk
"value" yang diperoleh. Value didapat melalui servis . Komisi agen
mencerminkan kualitas servisnya. Bila kastemer menawar komisi artinya servis
yang sama bias diperoleh dari agen lain dengan komisi lebih rendah. Kita selalu
dibandingkan dengan pesaing. Apakah kita sudah lebih baik ?
7. Teamwork.
Didalam pemasaran property
kerjasama dengan agen lain akan mempercapat terjadinya transaksi. Calon pembeli
dari agen yang lain akan bersaing dengan calon pembeli kita. Penawaran terbaik
akan diperoleh dari adanya persaingan. Penjual akan sangat dirugikan bila
kerjasama team tidak terjadi.
8. Bekerja dengan terencana.
Kastemer membutuhkan professional
yang mampu merencanakan kegiatan pemasaran yang terukur dan bertanggungjawab.
Pelanggan berhak memberkan penilaian secara periodic. Hasil kerja kita akan
menentukan kita patut dipertahankan atau diberhentikan.
9. Etika profesi.
Profesi apapun mempunyai standard
etika. Agen property juga berpegang pada etika bisnis yang berlaku umum. Tidak
merugikan penjual, pembeli dan agen property lain. Persaingan sehat,
keterbukaan informasi. Transparansi dalam negosiasi. Penjual dan pembeli tidak
menginginkan adanya " mark up" harga.
10. Networking antar agen
property.
Kerjasama antar agen dapat
dilakukan melalui penyebaran informasi listing eksklusif. Perubahan di update
melalui sms. Penyebaran foto properti melalui email dan internet. Peningkatan
kerjasama antar broker akan menguntungkan penjual maupun pembeli.
11. Kecepatan mencerminkan
ketrampilan.
Setiap aktivitas pemasaran harus
dilakukan dengan cepat. Kecepatan akan memenangkan persaingan. Kastemer
menghargai cara kerja yang cepat dan cekatan. Kecepatan menunjukkan ketrampilan
agen properti dalam melakukan tugasnya.
12. Target yang terukur.
Penjual perlu tahu apa yang
dilakukan agen properti selam waktu pemasaran yang diberikan. Bila target
terjual tidak tercapai. Ukuran hasil pemasaran adalah respon yang diterima.
Kemudian dievaluasi dan ditentuka target berikutnya.
13. Inovasi pemasaran.
Bila semua program pemasaran
telah dilakukantidak menghasilkan transaksi. Agen properti harus memberikan
solusi yang inovatif. Sebagai strategi pemasaran selanjutnya. Penurunan harga
terus menerus bukan strategi yang baik. Setiap properti harus dilakukan program
pemasaran yang berbeda. Menjual rumah sederhana berbeda caranya dengan menjual
rumah menengah. Apalagi strategi untuk rumah mewah. Demikian juga program
pemasaran properti komersial berbeda dengan properti industrial. Harus
inovatif.
14. Belajar hal baru.
Belajar adalah jawaban terhadap
perubahan. Market berubah, kastemer berubah. Agen property harus mengantisipasi
setiap perubahan. Belajar setiap hal yang berhubungan dengan bisnis property,
tren pemasaran, tren gaya hidup, bahan bangunan dan perubahan lainnya.
15. Setiap customer penting.
Setiap kastemer penting tapi
berikan customer perhatian yang berbeda. Ada customer dengan kebutuhan menjual
atau membeli kurang mendesak, segera dan ada yang sangat mendesak. Prioritaskan customer sesuai tingkat keterdesakannya.
Sumber : http://informasiproperty.agent.co.id/agent-page/17132/strategi-agen-properti-profesional
0 komentar:
Posting Komentar