Mau Investasi Apartement? Hindari "Sunset Area" , Pilih "Sunrise Area"!
KOMPAS.com – Dalam dunia properti, pertimbangan lokasi dikenal dengan dua istilah, sunset area dan sunrise area. Istilah terakhir identik dengan lokasi yang menguntungkan, sementara istilah pertama berpotensi merugikan.
Bagi investor, sama pentingnya mengetahui kawasan yang masuk pada
masing-masing istilah itu, terutama untuk menentukan investasi properti.
Bagaimana bisa begitu?
Istilah sunset area, sepertidilansir Kompas.com (15/3/2012)
digunakan untuk menyebut kawasan properti dengan kondisi ekonomi kurang
mendukung. Misalnya, kondisi fisik bangunan kurang terawat, atau akses
menuju area dianggap cukup sulit dilalui dan lingkungan relatif tak
aman.
Sebaliknya, sunrise area menjadi sebutan untuk
kawasan dengan prospek cerah lima tahun ke depan. Potensi tersebut
antara lain ditandai oleh tingkat pertumbuhan harga tanah yang melebihi
rata-rata kenaikan harga pada umumnya, atau keberadaan fasilitas lengkap
dan akses yang mudah.
Antara sunset area dan sunrise area
Pengamat properti Panangian Simanungkalit dalam buku "Rahasia Menjadi
Miliarder Properti" memaparkan, ada tiga kawasan yang perlu Anda
cermati untuk membedakan mana sunset area dan yang mana sunrise area.
Kawasan sunset area, kata Panangian, kerap ditandai dengan
usia lokasi yang tua dan performa menurun. Biasanya, usia kawasan sudah
lebih dari 30 tahun. Misalnya, kawasan Jalan Lada di Kota Tua, Jakarta.
Dahulu, Jalan Lada dikenal sebagai pusat ekonomi dan keuangan. Namun,
belakangan banyak pelaku bisnis yang berpindah ke kawasan baru dan
lebih strategis. Sejak itu, kawasan ini tak banyak didatangi pelaku
bisnis apalagi yang berniat investasi.
Secara umum, kawasan Kota Tua juga dengan infrastruktur yang tak lagi
baik, menjadi salah satu alasan yang menyurutkan kilau lokasi ini. Di
sisi lain, bentuk fisik bangunan juga tidak boleh diubah oleh Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta. Harapannya, setelah revitalisasi, kawasan ini
dapat membangun kembali prospek yang cerah.
Kawasan tua yang baru diperbaiki juga harus dihindari. Sebut saja,
kawasan Senen, Jatinegara, dan Lapangan Banteng. Tiga kawasan tersebut
sudah beberapa kali direnovasi, tapi tak cukup mengangkat nilai tanah di
sana. Umumnya, hal ini terjadi karena lokasi bangunan tidak lagi
strategis dilihat dari struktur kota.
Namun, bukan berarti seluruh kawasan tua masuk kategori sunset area. Ada beberapa kawasan yang memiliki usia cukup tua tetapi stabil dan termasuk sunrise area. Artinya, banyak terjadi perubahan fungsi properti dari rumah tinggal menjadi ruko. Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, misalnya.
Meski Kebayoran Baru bukan kawasan baru, lingkungan bisnis di sana
terus hidup bahkan berkembang. Contoh yang sama ada pada kawasan Tebet
dan Kemang. Jalan-jalan utama kedua kawasan tersebut kini berubah
menjadi ruko, restoran, dan factory outlet.
Kawasan baru dan berkembang juga berpotensi menjadi sunrise area. Misalnya, kawasan Serpong,
Tangerang Selatan. Saat ini, kawasan tersebut disukai menjadi tempat
tinggal para profesional, pedagang, dan eksekutif, sehingga banyak
pengembang berebut menggarapnya.
Sementara itu, kawasan Permata Hijau dan Simprug dianggap sebagai kawasan sunrise area dengan
kategori moden dan baru diperbaiki. Potensi kawasan tersebut cerah
akibat efek domino pembangunan berbagai pusat perbelanjaan elit di sana.
0 komentar:
Posting Komentar